Kisah penggalian dan terpancarnya air zam-zam yang
penuh dengan kebaikan dan keberkahan untuk umat manusia, sangat masyhur dan
terkenal. Banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah ini .
Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Nabi Ismail, di saat Ismail
masih dalam susuan ibunya, lalu ia meninggalkan keduanya di bawah sebuah pohon
yang rindang di dekat zam-zam. Di Mekah saat itu tidak ada tumbuh-tumbuhan dan
sumber mata air. Nabi Ibrahim hanya membekali mereka 1 kantong kurma dan 1
kendi air. Kemudian Nabi Ibrahim memalingkan tubuhnya untuk berangkat
meninggalkan keduanya. Hajar pun mengikutinya seraya berkata, “Kemanakah engkau
hendak pergi? Dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada penghuni dan
apapun juga?” Ia mengulang-ulang ucapannya, tetapi Nabi Ibrahim terus berjalan
tanpa menoleh.
Lalu Hajar berkata, “Apakah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menyuruhmu melakukan hal ini?” Nabi Ibrahim berkata, “Ya.” Hajar berkata, “Jika
demikian pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan
kami.”
Kemudian Hajar kembali ke tempat Nabi Ismail dan Nabi
Ibrahim pun terus berlalu, hingga ketika ia sampai di Tsaniyah yang ia tidak
melihatnya lagi, ia menghadap ke Baitullah, kemudian mengangkat kedua tangannya
seraya berdoa:
“Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanam di dekat rumah-Mu
(Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami! Yang demikian itu agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan berilah mereka rezki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
Maka Hajar menyusui Ismail dan minum dari air dalam kendi
tersebut, hingga airnya habis dan Ismail kehausan. Ia melihat anaknya
meronta-ronta. Pemandangan tersebut membuatnya tak sanggup melihatnya, dan
iapun pergi mencari air. Ia dapati bukit Shafa dataran tinggi yang paling dekat
dengannya, lalu ia mendakinya dan menghadap ke lembah. Ia berharap melihat
seseorang, tetapi ia tidak melihat siapapun.
Kemudian ia turun dari buki Shafa hingga sampai di lembah.
Ia mengangkat ujung kainnya kemudian berlari-lari kecil seperti orang yang
kelelahan hingga melewati lembah. Lalu ia mendaki bukit Marwa dan berdiri di
atasnya, dan melemparkan pandangannya ke segala arah, ia berharap menemukan
seseorang, tetapi ia tidak melihat siapapun melakukan hal ini sebanyak tujuh
kali.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Karena inilah
manusia melakukan sa’i antara kedua bukit tersebut.”
Di saat ia masih melemparkan pandangannya dari atas Marwa,
ia mendengar suara, lalu berkata pada dirinya, “Diam!” kemudian ia diam,
ternyata ia mendengar suara lagi.
Lalu ia berkata, “Engkau telah memperdengarkan suaramu!
Apakah engkau dapat menolongku?” Tiba-tiba ada malaikat di tempat zam-zam, lalu
malaikat tersebut menggali tanah dengan sayapnya, hingga muncullah air.
Lalu Hajar memagari air tersebut dengan pasir agar
terkumpul dan menciduk air dengan tangannya lalu memasukkannya ke dalam kendi.
Mata air itu meresap ke dalam tanah setelah diciduk.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Andai Hajar
membiarkan zam-zam mengalir, atau beliau berkata, ‘Andai Hajar tidak
menciduknya, niscaya zam-zam menjadi telaga yang mengalir’.”
Lalu Hajar minum dan menyusui anaknya.
Lalu malaikat berkata kepadanya, “Jangan engkau merasa
disiakan, karena sesungguhnya di sini akan ada Baitullah yang nantinya dibangun
oleh anak inid an bapaknya, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
akan menyia-nyiakan keluarganya.”
Lenyapnya Sumur Zam-Zam
Kemudian sumur zam-zam lenyap dan tanda-tandanya
hilang dengan berlalunya hari dan bergantinya malam.
Yaqut al-Hamawi berkata: “Dengan bergantinya hari, sehingga
banjir dan hujan membuat telaga zam-zam lenyap, dan tidak ada tanda-tanda untuk
mengetahuinya lagi.”
Pendapat yang benar bahwa zam-zam ditimbun dan dihilangkan
tanda-tandanya oleh suku Jurhum di saat mereka akan meninggalkan Mekah.
Abdul Muththalib Menggali Kembali Sumur Zam-Zam
Telaga zam-zam terus lenyap dari permukaan dan tidak
diketahui tempatnya, hingga Abdul Muththalib memangku jabatan sebagai pemberi
makan dan minum jama’ah haji. Suatu ketika ia didatangi di dalam tidurnya, lalu
orang tersebut berkata, “Galilah thayyibah (sumber kebaikan)!”
Abdul Mutthalib berkata, “Apa itu thayyibah?” Keesokan
harinhya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, “Galilah barrah (sumber
manfaat).”
Abdul Mutthalib berkata, “Apa itu barrah?” Keesokan
harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, “Galilah al-Madhnunah (sesuatu
yang dikikirkan)?”
Abdul Muththalib berkata, “Apa itu al-Madhnunah?” Lalu
orang tersebut berkata, “Galilah zam-zam!” Orang tersebut berkata, “Yaitu sumur
yang tak pernah kering airnya, dan tak pernah habis, engkau akan dapat memberi
minum berapa pun jumlah jamaah haji. Terletak di antara kotoran dan darah
(tempat penyembelihan hewan untuk sesajian ke Ka’bah). Tepatnya di mana seekor
gagak yang bersayap putih mematuk (hewan sesajian). Telaga ini nantinya menjadi
kebanggaanmu dan anak keturunannya.
Dan memang burung gagak bersayap putih selalu mematuk hewan
sesajian di tempat darah dan kotoran. Lalu keesokan harinya Abdul Mutthalib
membawa cangkul dan belindung. Ia berangkat bersama anaknya al-Harits. Di hari
itu anaknya, hanya al-Harits, mereka terus bertakbir dan berkata: “Ini sumur
Ismail.”
Orang-orang Quraisy berkata: “Ikutkan kami menguasainya!”
Abdul Muthalib berkata, “Aku tidak akan melakukannya, ini khusus untukku. Kalau
kalian tidak puas, carilah orang untuk mengadili kita!”
Mereka berkata, “Wanita tukang tenung di bani Sa’ad.” Lalu
mereka berangkat menuju wanita tersebut. Di tengah perjalanan mereka dilanda
kehausan yang sangat dan mereka nyaris mati.
Maka Abdul Muththalib berkata, “Demi Allah! Sikap pasrah
ini kelemahan, kenapa kita tidak berusaha mencari air? Semoga Allah memberi
kita air. Merekapun bersiap-siap berpencar mencari air, dan Abdul Muththalib
mulai menunggang kendaraannya. Ketika ontanya bergerak, terpancar dari bawah
kuku ontanya air tawar, sekonyong-konyong Abdul Muththalib bertakbir, dan para
sahabatnya ikut bertakbir lalu mereka semuanya meminum air tersebut.”
Dan mereka berkata kepada Abdul Muththalib, “Orang yang
menginformasikan tentang sumur zam-zam telah memutuskan perkara kita, Demi
Allah! Selama-lamanya kami tidak akan menghujatmu. Lalu mereka kembali dan
merelakan zam-zam dikuasai oleh Abdul Muththalib.
Nama-Nama Sumur Zam-Zam
Banyak hadis dan atsar mengenai yang menjelaskan
tentang keutamaan air zam-zam. Salah satu bukti yang menunjukkan keutamaan
zam-zam adalah saat Jibril membelah dada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ia membasuh hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
air zam-zam.
Jika memang ada air yang lebih baik darinya, tentulah
Jibril membasuh hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
air tersebut.
Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Atap rumahku dibuka saat aku berada di
Mekah, lalu Jibril turun dan membelah dadaku kemudian ia membasuhnya
dengan air zam-zam. Lalu ia membawa bejana besar terbuat dari emas berisi
hikmah dan keimanan, dan menuangkannya ke dalam dadaku, kemudian ia menutupnya.
Lalu ia memegang tanganku, dan membawaku ke langit.”
Menurut hadis yang diriwayatkan dari Anas radhiallahu
‘anhu, ia berkata, “Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam saat beliau sedang bermain bersama beberapa anak laki-laki. Ia
membawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjatuhkan
beliau ke tanah, kemudian ia mengeluarkan hatinya, membekahnya dan mengeluarkan
gumpalan darahnya. Jibril berkata, “Ini adalah bagian setan yang ada pada
dirimu.” Lalu ia membasuhnya dengan air zam-zam, menyusunnya dan
mengembalikannya lagi ke tempat semula. Anak-anak yang melihatnya datang ke ibu
susu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Muhammad
telah dibunuh!” Kemudian mereka pergi untuk melihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mereka menemukan beliau yang terlihat pucat.
Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah
melihat tanda bekas jahitan di dada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”
Tentang keutamaan air zam-zam juga diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Air yang paling baik di permukaan bumi adalah air zam-zam.
Ia mengandung makanan bergizi dan menyembuhkan sakit. Air yang paling buruk di
permukaan bumi adalah air Lembah Barahut di Hadramaut. Permukaannya berkutu
yang terlihat seperti kaki belalang. Ia mengalir pada pagi hari dan mengering
pada malam hari.”
Mujahid berkata, “Aku tidak pernah melihat Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhu memberi makan seseorang kecuali ia juga memberikan air zam-zam untuk
diminum.” Ia juga mengatakan setiap kali tamu datang berkunjung, Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhu akan menjamunya dengan air zam-zam.
Di antara keutamaan air zam-zam adalah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan siapa yang meminumnya
sampai kenyang adalah sebagai pembersih dari sifat munafik.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
“Tanda yang membedakan antara kita dengan orang-orang
munafik adalah bahwa mereka tidak minum zam-zam sampai kenyang.”
Catatan: Sangat dianjurkan (mustahab) untuk berwudhu, dan
sebagainya dengan air zam-zam.
Diriwayatkan dari Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta seember air zam-zam,
lalu beliau meminumnya dan memakainya untuk berwudhu.
Dalam Musnad Ahmad, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melakukan 3 putaran thawaf, dimulai dan diakhiri pada
Hajar Aswad, kemudian beliau shalat dua rakaat, lalu kembali lagi ke Hajar
Aswad, kemudian pergi ke zam-zam dan meminumnya serta menuangkan sebagiannya ke
kepala beliau.
Air Zam-Zam Adalah Obat
Dijelaskan dalam hadis-hadis shahih, bahwa ada obat yang
menyembuhkan pada air Zam-zam. Ini juga dibuktikan dari riwayat yang populer,
baik di kalangan umat terdahulu maupun sekarang. Di mana Allah Subhanahu
wa Ta’ala menyembuhkan orang dari penhyakit, saat semua obat tidak dapat
menyembuhkannya dan dokter gagal untuk mengobati pasiennya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Air yang paling baik di permukaan bumi adalah air zam-zam.
Ia mengandung makanan yang bergizi dan menyembuhkan penhyakit.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Air zam-zam sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.”
Jadi, jika seseorang meminumnya dengan tujuan untuk
mengobati penyakitnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
menyembuhkannya dengan keagungan-Nya.
Abu Hamzah berkata, “Aku menghindar dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhu dan aku tidak menjenguknya beberapa hari.” Ia berkata, “Apa yang
membuatmu menghindar dariku?” Aku menjawab, “Aku demam.” Ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Demam adalah merupakan angin panas dari neraka Jahannam,
maka dinginkanlah ia dengan air zam-zam.”
Qais bin Kurkum berkata; bahwa ia bertanya kepada Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhu: ‘Maukah engkau memberitahukan aku mengenai
zam-zam?” Ia menjawab: “Airnya tidak akan pernah kering dan tidak akan
berkurang mengandung makanan bergizi dan menyembuhkan penyakit dan merupakan
air yang terbaik yang kami ketahui.”
Zam-Zam Adalah Makanan
Menurut hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Air zam-zam sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya.”
Abu Dzar radhiallahu ‘anhu dapat hidup selama
sebulan penuh tanpa memasukan apapun ke lambungnya kecuali hanya meminum air
zam-zam, tetapi ia tidak merasa lapar.
Dalam kitab shahih diriwayatkan; Saat Abu Dzar radhiallahu
‘anhu telah memeluk Islam, dia berkata, “Ya Rasulullah, saya berada di
sini selama 30 hari,” Beliau bersabda, “Siapa yang memberimu makan?” Ia
berkata, “Aku tidak mempunyai makanan apapun juga terkecuali air zam-zam tetapi berat badanku bertambah
sehingga aku dapat merasakan lipatan lemak pada perutku, dan aku tidak merasa
lapar sama sekali.” Lantas beliau bersabda:
“Zam-zam diberkahi dan mengandung makanan bergizi.”
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata
mengenai zam-zam: “Kami bisa menamakan zam-zam dengan ash-shabba’ah (berarti
memuaskan), yang paling baik untuk diberikan kepada seorang anak.”
Kisah Tentang Sembuhnya Penyakit Karena Air Zam-Zam
Ada puluhan, bahkan ratusan kisah tentang bagaimana orang
yang menderita suatu penyakit, di mana dokter telah putus harapan terhadap
kesembuhannya, tetapi dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’alamereka dapat
diobati dengan air zam-zam, dan khasiatnya yang tersembunyi, dan mereka menjadi
orang yang sangat sehat dan bugar.
Kami akan memberikan salah satu contoh yang diambil dari
era modern ini:
Ini merupakan kisah populer di zaman sekarang ini, yang
bersangkutan masih hidup di tengah-tengah kita. Yang membuktikan dan
menunjukkan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan membuktikan kebenaran
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa zam-zam adalah
sesuai dengan tujuan orang yang meminumnya. Dan air zam-zam dapat menyembuhkan
penyakit dan mengandung makanan yang bergizi.
Ini kisah tentang Laila al-Hilw, dari Maroko. Laila
menderita kanker. Selama ini ia mengabaikan hak-hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala, karena bangga akan keadaannya yang sehat dan cantik.
Setelah ia mengetahui bahwa ia sakit, ia pergi ke Belgia.
Di sana ia diberitakan bahwa ia tidak punya pilihan lain kecuali payudaranya
harus diangkat dan menjalani kemoterapi, yang akan menyebabkan rambutnya rontok
dan tumbuh janggut, dan juga dapat membuat ia kehilangan kuku dan giginya.
Ia menolak melakukan pengobatan tersebut dan meminta
pengobatan yang lebih ringan, kemudian ia kembali ke Maroko.
Tetapi setelah 6 bulan berat badannya turun dengan drastis
dan tubuhnya pegal-pegal karena rasa sakit sehingga ia kembali lagi ke Belgia.
Di sana dokter menginformasikan kepada suaminya bahwa penyakitnya telah
menyebar, bahkan sampai ke paru-paru, dan tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya.
Mereka menyarankan untuk membawanya pulang agar ia dapat
meninggal di tempat tinggalnya. Namun suami Laila ingat sesutatu yang selama
ini ia lupa; Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan padanya suatu
gagasan untuk mengunjungi Baitullah yang mulia.
Kemudian ia dan istrinya pergi ke sana, laila menangis
tersedu-sedu saat ia melihat Ka’bah. Ia berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk tidak menghancurkan harapannya dan untuk mengejutkan dokter
dengan kasusnya.
Laila mulai membaca Alquran dan meminum air zam-zam. Ia
merasakan ada ketenangan dan kedamaian pada saat berada di Baitullah. Ia
meminta kepada suaminya untuk membiarkannya tinggal di Masjidil Haram dan tidak
kembali ke hotel.
Kemudian ia tinggal di sana (i’tikaf). Setengah bagian atas
tubuhnya telah penuh dengan tumor dan membengkak yang menunjukkan penyakitnya
telah menyebar. Para wantia yang melihatnya di Masjidil Haram menyarankan untuk
selalu membasuh tubuh bagian atasnya dengan air zam-zam, tetapi ia takut untuk
menyentuh tumor yang ada di tubuhnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk
memulai membasuh tubuh dan payudaranya yang penuh dengan darah dan nanah dengan
air zam-zam.
Kemudian peristiwa yang sangat mengejutkan terjadi; seluruh
tumor yang ia derita hilang dan tidak ada lagi rasa sakit serta nanah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyembuhkannya dengan khasiat yang
tersembunyi pada air zam-zam.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
berkata benar saat beliau bersabda, “Di dalamnya terdapat makanan yang bergizi
dan dapat menyembuhkan penyakit.”
Sumber: Sejarah Kota Mekah oleh Syaikh
Syaifurrahman Mubarakfury
No comments:
Post a Comment